Rest in Peace My Beloved Brother, Daniel

Lisa telp, tamu2 sudah semakin banyak yang datang dan misa requim yang akan diselenggarakan malam itu butuh persiapan, jadi kita harus segera balik lagi kerumah duka.

Setibanya di rumah duka, rasa haru dan sedih tak terkira kembali menghujam!! Melihat begitu banyaknya orang yang hadir untuk mendoakan arwahnya Deni, begitu banyaknya karangan bunga yang terbentang dari ujung jalan masuk sampai ke ruang duka, bahkan terjadi penumpukan di beberapa tempat, menunjukkan betapa Deni adalah sosok yang mempunya arti tersendiri bagi orang2 itu.
Yaaa, SEMUA orang SAYANG Deni!!!! Semua orang yang tau dan kenal sosok Deni merasakan seperti apa yang gw dan keluarga rasakan, KEHILANGAN!!!

Sebelum misa requim dimulai, Lewi tiba di rumah duka dengan tampilan sedikit kusut karna perjalanan Palu-Jakarta 2jam lebih dan harus bergelut dengan kemacetan ibukota, supaya bisa hadir tepat waktu untuk mengikuti misa requim, langsung memberikan pelukan khasnya. Seakan ingin mentransfer semua kekuatannya ke gw, yang saat itu sangat nyata terlihat begitu fragile, supaya gw bisa lebih kuat dan tabah.
Lewi, yang awal April lalu baru mulai ditempatkan dinas di Palu, langsung pulang begitu mendapat kabar soal Deni. Sejak pacaran 7tahun en akhirnya kita married, Lewi adalah salah satu sosok yang cukup dekat dengan Deni yang sangat pemalu, pendiam dan tertutup. Entah kenapa, Deni bisa lebih terbuka ke Lewi daripada ke gw maupun Lisa (mungkin faktor dominan dari gw en Lisa juga). Biasanya gw minta tolong Lewi untuk bantu mancing2 apa yang ada dibenaknya Deni, supaya Deni bisa lebih terbuka, khususnya dalam hal percintaan (gw paling usil en serba pengen tau siapa2 aja yang lagi deket sama Deni. Bukannya pengen diplonco ato minta ditraktir karna abis "jadian" dsb, tapi gw hanya pengen tau, ceweq2 macam apa yang deket sama kakak gw itu. Mengingat Deni itu orangnya buaiknya minta ampun, gw ga mau dia diperalat sama ceweq2 yang suka matre!). Dan biasanya Lewi sukses menjalankan misi tersebut ☺

Maigot!!!! Gw jadi inget, waktu dalam perjalanan ke carolus, gw sempet sms en nelp temen2nya Deni. Dari salah satu HPnya Deni, gw liat ada panggilan keluar jam 5 pagi, en nomor yang dituju adalah Lewi!!! Deni sempet nyoba nelp Lewi jam 5 pagi!! Jam 6 pagi waktu Palu, dimana Lewi seharusnya udah bangun jam segitu untuk siap2 ke kantor. Tapi karena HPnya Lewi di silent, jadi Lewi ga ngeh, bahkan kalo gw ga kasih tau siang itu perihal miskol, Lewi ga check HPnya yang satunya lagi itu :((
Jangan2 saat itu Deni mau bilang sesuatu atau bahkan mau pamit ke Lewi??

Again, gw tenggelam dalam pikiran2 gw sendiri. Bertanya2, kira2 apa yang hendak Deni sampaikan ke Lewi pagi itu? Gimana perasaan Deni ketika ada nada sambung tapi tidak ada yang mengangkat diseberang sana? Apa yang ada dalam pikirannya, ketika dalam sisa2 tenaganya, berjuang melawan sakratul maut, berharap ada orang yang mengetahui situasinya saat itu? Seriously, gw pasti akan jauh lebih tenang, kalo semua pertanyaan itu ada jawabannya!!

Misteri kehidupan dan KEMATIAN, kata mereka! Deni udah tenang en lebih bahagia bersama Bapa di surga, kata2 yang terus diulang oleh orang2 yang turut hadir berbelasungkawa.
Yah..andaikan semudah itu mencerna kata2 mereka dan menghadapinya. Andai ada manual book untuk hal2 seperti ini.

Misa Requim malam itu dipimpin oleh Rm. Dibyo (salah satu Rm. Paroki St. Anna), dibantu pihak keluarga dan umat dari lingkungan St. Elizabet, serta tim Paduan Suara bersama organis dari KAJ (thanks to my dearest friend Natalia Yaya, yang berhasil mendatangkan tim PS dan organisnya disaat dadakan seperti itu).




Selasa, 13 April 2010, kami mengadakan misa tutup peti dan penghormatan terakhir untuk Deni.
Dari yang tadinya panas terik, dimana hampir semua tamu yang hadir pegang kipas ato buku misa untuk kipasan, tiba-2 langit berubah menjadi gelap gulita en hujan turun dengan derasnya selama misa.
Berbagai macam pikiran sudah berkecamuk : kalo hujan deras seperti ini, bagaimana iring-2annya nanti ke makam Deni? Mama bisa sakit kalo sampe keujanan, tanah di makam juga pasti becek, kasian sama Tante-2 Om-2 dan semua yang bakalan hadir di makamnya Deni nanti, dan pikiran-2 lainnya..

Thank God, hujan berhenti tepat pada waktunya. Selesei misa, langit tiba2 cerah lagi,  sehingga tidak ada kendala untuk melanjutkan ke prosesi berikutnya, yaitu penutupan peti, penghormatan terakhir dan iring-2an ke tanah kusir.
Sayangnya, dalam perjalanan ke makam, hujan deras kembali mengguyur, jadi ga tega ngeliat para voorrijder ujan-2an dalam mengawal perjalanan iring-2an (ada lebih kurang 20an mobil)ke tanah kusir.
But thank God again, sesampainya di tanah kusir ternyata disana kering kerontang, ga ujan sama sekali, cuaca memang sedikit mendung tapi itu malah menguntungkan, karena pemakamannya Deni adalah jam 2 siang, dimana seharusnya matahari lagi terik-2nya saat it.

Dipimpin oleh salah 1 prodiakon dari paroki St.Anna, upacara pemakaman Deni berjalan lancar..
Dan sampai disitulah perjalanan hidup dari seorang Daniel Joseph Soekarso..

Selamat jalan Deni..
Selamat berbahagia di sisi Bapa..
Bila tiba saatnya nanti, kita berkumpul kembali dalam rumah Bapa ya, Den....
Love you so much, Den..



Terima kasih banyak untuk SEMUAnya yang telah hadir dan menghantarkan Deni ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Terima kasih banyak untuk SEMUAnya, atas perhatian, kasih sayang yang telah diberikan kepada Deni selama hidupnya maupun kepada kami selaku keluarga.
Mohon maaf atas SEGALA kekurangan, kesalahan maupun kekhilafan yang pernah Deni perbuat selama hidupnya.
Tuhan berkati kalian semua...

No comments: